Inisiasi menyusu dini memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk bayi yang baru dilahirkan, tetapi juga ibu yang melahirkan, seperti yang dinyatakan Ketua Sentra Laktasi Indonesia dr. Utami Rusli di Yogyakarta, Senin.

"Ada berbagai manfaat yang diperoleh bayi dan ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Sehingga, seharusnya tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dan bayi sehat setelah dilahirkan," kata Utami saat menjadi pembicara dalam seminar yang diikuti anggota PKK, bidan dan dokter tersebut.

Menurut dia, manfaat yang diperoleh bayi baru lahir dengan IMD adalah menurunkan risiko terkenda hipotermia, mempercepat detak jantung dan pernafasan agar lebih stabil, bayi lebih cepat memperoleh kolostrum sebagai antibodi.

Selain itu, bagi ibu yang baru melahirkan, IMD juga berfungsi membantu mengurangi pendarahan, membuat ibu lebih tenang, mencintai bayi dan mempercepat pengaliran asi serta mempererat ikatan antara ibu dan bayi.

Ia mengatakan, IMD bisa dilakukan untuk semua kelahiran, asalkan ibu dan bayinya dalam keadaan yang sama-sama sehat, baik bayi yang dilahirkan secara normal maupun melalui operasi.

"Seharusnya, seluruh rumah sakit atau fasilitas kelahiran lain tetap bisa memberikan pelayanan IMD. Dengan IMD, tingkat stres pada bayi akan menurun, sehingga daya tahan tubuh meningkat," katanya.

IMD, lanjut dia, perlu diteruskan dengan pemberian air susu ibu (ASI) selama dua tahun karena lebih baik daripada diberi susu formula. "Susu formula memiliki kandungan yang tidak sesuai dengan kondisi usus bayi. Bayi akan kesulitan mencerna susu formula," katanya.

Berdasarkan penelitian, Utami mengatakan, ASI adalah satu-satunya makanan untuk bayi sehingga memiliki lebih banyak kelebihan, seperti 16,7 kali lebih jarang terkena pneumonia, 47 kali lebih jarang terkena mencret, mengurangi risiko terkena kencing manis, dan 6-8 kali lebih jarang menderita tiga jenis kanker anak seperti leukimia limphostik, neuroblastoma, lymphoma mahgna, dan anak lebih pandai.

"Dengan pemberian ASI, anak akan terhindar dari kekurangan gizi berat. Karena apabila terjadi kekurangan gizi, maka 15-20 persen sel otak akan berkurang," katanya.

Dampak jangka panjang dalam pemberian ASI adalah terbentuknya kesehatan mental anak dan remaja yang baik, seperti yang dilakukan terhadap 2.900 ibu dan anak yang dipantau secara terus menerus selama 14 tahun.

"Anak-anak tersebut jarang mengalami gangguan mental seperti autisme, gangguan cara berpikir, gangguan sosialisasi, dan agresif," katanya.

Pemberian ASI yang baik juga akan menurunkan tingkat kematian balita karena saat ini rata-rata tiap 2,5 menit ada satu balita yang meninggal dunia, atau 550 balita meninggal per hari.
smbr:antra