ASI vs Susu Formula
Suatu hari saya membaca sebuah headline yang
bertuliskan “Susu Formula Jauh Lebih Baik Ketimbang ASI”, di salah satu
majalah wanita terkemuka. Menarik sekali judul artikel ini, sehingga
tanpa ragu-ragu saya pun melahap isi artikel tersebut. Sembari membaca,
tak sekali dua kali saya menggeleng-gelengkan kepala. Wow, di artikel
ini disebutkan bahwa di dalam susu formula, terkandung berbagai bahan
yang tidak terdapat di dalam ASI, pendek kata, isi dari susu formula
jauh lebih komplit dari ASI. Seandainya saja ada penelitian yang valid
mengenai hal ini, saya akan acungkan empat jempol saya untuk si penulis
artikel yang berani mengungkapkan hal ini. Sayangnya, artikel tersebut
tidak disertai dengan referensi penelitian yang valid mengenai apa yang
diungkapkannya.
Belum beres soal yang satu itu, eh.. ada seorang teman yang bertanya kepad saya, “Bu, susu formula tuh semakin mahal semakin komplit isinya semakin bagus ya?” saya nyengir saja. Wah.. iklan-iklan ini rupanya memang memberikan impact yang luar biasa ya. Terutama iklan apa saja yang berkaitan dengan bayi, balita, dan anak. Para produsen rupanya jeli benar membidik para orang tua yang ikhlas menggelontorkan berapapun biaya untuk memberikan yang terbaik untuk anak mereka, tak terkecuali urusan susu formula ini.
Bismillah, saya akan coba memberikan gambaran mengenai dunia per-susu-an ini.
Sampai dengan detik ini, berbagai penelitian yang ada dan diakui sebagai penelitian yang valid menyatakan bahwa di dalam ASI terkandung zat nutrisi yang komplit yang belum bisa ditandingi oleh susu formula manapun. Jadi jika ada artikel yang menyebutkan bahwa susu formula memiliki kandungan yang jauh lebih komplit daripada ASI, silahkan diselidiki dulu kebenarannya. Karena pada kenyataannya, di dalam ASI terkandung ratusan zat yang sampai saat ini belum bisa disintesis oleh manusia untuk bisa ditambahkan secara in vivo maupun ex vivo ke dalam kandungan susu formula. Jadi ibu-ibu, untuk tahap awal pertumbuhan bayi anda, ASI jauh lebih luar biasa khasiatnya ketimbang susu formula.
Kehebatan ASI tak cuma soal kandungannya, tetapi juga penyerapannya oleh saluran pencernaan bayi. ASI hampir bisa terserap 100% oleh saluran pencernaan bayi, tidak dengan susu formula. Belum ada zat pembawa atau “carrier” dalam susu formula yang bisa membuat zat-zat yang ada di dalam susu formula dapat diserap sesempurna ASI. Semakin bagus “carrier” yang terkandung di dalam susu formula ini, semakin penyerapannya mendekati ASI, semakin mahal biaya produksinya, sehingga di pasaran harganya pun relatif lebih mahal. Jadi ibu-ibu, barang yang bagus biasanya memang relatif mahal, tetapi yang mahal tidak selalu bagus. Jadi lebih jelilah untuk memilih dan memilah untuk anak anda. Namun sayang sekali saya sendiri tidak bisa menyebutkan satu persatu susu formula mana yang “bagus” dan mana yang tidak. Saru, nanti dibilang iklan, hehehehehe.
Lalu apakah ASI adalah segalanya, tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam 6 bulan pertama umur bayi anda, bisa dibilang ASI adalah segalanya untuk bayi, kecuali untuk ibu-ibu yang bermasalah dengan ASI. Baik dari segi produksi ASI-nya maupun karena masalah yang lain, sakit tertentu yang tidak memungkinkan ibu memberikan ASI dalam jangka waktu tertentu, misalnya. Istilah mudahnya, masih di”halal”kan bagi bayi meminum susu formula di usia dini ini dengan beberapa catatan situasi dan kondisi seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Karena pentingnya ASI pada 6 bulan pertama usia bayi, maka para ibu diharapkan dapat memproduksi ASI dengan kualitas dan kuantitas yang “cukup”. Kualitas ASI, sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu “bukan” setelah melahirkan , tetapi justru “selama masa kehamilan”. Nutrisi ibu selama masa kehamilan sangat berperan dalam proses dan tahapan pembentukan ASI. Oleh karena itu para calon ibu, diharapkan memperhatikan benar nutrisinya selama masa kehamilan, sehingga dapat memproduksi ASI yang berkualitas.
Sedangkan kuantitas ASI sangat dipengaruhi oleh asupan dan kondisi ibu selama masa kehamilan dan maintenance pasca melahirkan, selain itu hisapan bayi pada puting ibu yang merangsang hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan pada produksi ASI, juga sangat mempengaruhi kuantitas produksi ASI. Ini menepis anggapan akan keberadaan makanan tertentu yang dimakan setelah melahirkan dan dipercaya dapat meningkatkan kuantitas produksi ASI. Dengan kata lain, sampai saat ini belum ada penelitian valid dan diakui yang menyebutkan bahwa bahan makanan tertentu yang dikonsumsi setelah melahirkan, dapat meningkatkan produksi ASI. Mudahnya, tidak ada makanan semacam itu.
Setelah usia 6 bulan, maka bayi perlu diberi “pendamping ASI”, kenapa? Bukankah mestinya selama 2 tahun ASI saja yang harus diberikan. Well, memberikan ASI selama 2 tahun tidak salah dan memang dianjurkan, tetapi mesti juga didampingi oleh “makanan” lainnya. Selain karena untuk mengenalkan rasa, tekstur, dan jenis makanan, yang terpenting adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi anda yang pada saat usia 6 bulan keatas sudah tidak lagi hanya bisa dipenuhi oleh ASI. Kenapa ASI tidak bisa memenuhinya? ini terkait dengan kualitas dan kuantitas produksi ASI yang akan terus menurun, dan relatif kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan gizi bayi/balita/anak yang terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Setelah usia 6 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 80 % kebutuhan nutrisi bayi, dengan demikian 20 %nya harus dipenuhi dengan makanan pendamping ASI, dan setelah usia bayi menginjak satu tahun ASI hanya akan memenuhi 50 % saja dari total kebutuhan nutrisi bayi.
Fungsi lain dari pemberian makanan tambahan ini adalah juga untuk mengenalkan rasa, tekstur makanan, dan jenis makanan. Makanya pemberian makanan pendamping ASI ini pun ada tahapannya, dari bubur susu, bubur tim, jus buah, dll. Dan sekali lagi kesabaran dan ketelatenan dalam pengasuhan bayi/balita/anak ini adalah kunci atas pola makannya kedepan, asupan gizi dan nutrisinya. Masa ini juga adalah masa transisi untuk pemberian “educational food” dimana diharapkan setelah bayi berusia satu tahun, dia sudah mulai bisa makan makanan keluarga.
Makanan pendamping ASI ini bisa apa saja, termasuk susu formula. Tetapi, sekali lagi, merujuk pada konsep 4 sehat 5 sempurna, posisi susu formula ini adalah penyempurna, bukan segalanya. Istilahnya dalam dunia digital, susu formula ini adalah “patch program”, dia bertugas menambal kekurangan nutrisi yang belum bisa dipenuhi oleh asupan makanan utama. Jadi sekali lagi, yang ke-5 ini sempurna, hanya jika empat yang lainnya sudah sehat.
Namun sekali lagi, jauh lebih dianjurkan untuk memberikan bahan makanan alamiah saja kepada bayi, karena bagaimanapun makanan non sintetis tentu akan jauh lebih baik dan lebih sehat untuk bayi anda. Terutama dengan konsepsi baru pemberian makanan, yaitu nutrisi berimbang, dimana susu formula tidak lagi menduduki posisi sebagai penyempurna, tetapi memiliki posisi yang sama dengan sumber protein lainnya, sehingga tidak masalah jika susu formula tidak diberikan selama asupan protein alamiah bayi/balita/anak terpenuhi.Jadi, dalam konsep makanan sehat manapun, susu formula tidak pernah menjadi satu-satunya yang “SEMPURNA”.
Jadi, jika ibu sekalian ingin memberikan yang terbaik untuk bayi anda, berikanlah ASI kepadanya. Nutrisinya komplit, tidak basi, tidak mengandung bahan pengawet, resiko alergi hampir tidak ada, dan juga tidak perlu beli.
Sedangkan menyoal pemberian dan pemilihan susu formula, ingatlah bahwa sebagai “patch program” yang perlu lebih diperhatikan adalah pemberian makanan tambahannya. Jika anda tetap bersikeras ingin memberikan susu formula untuk bayi anda, kuncinya adalah jangan termakan iklan. Ada baiknya menjadi ibu perlu membaca banyak mengenai kebutuhan nutrisi pada bayi anda, kemudian sesuaikan dengan kandungan gizi yang tertera pada box atau kaleng susu formula. Yang sesuai dengan kebutuhan bayi anda, itulah yang terbaik untuk bayi anda, dengan catatan dia tidak alergi dengan susu tersebut hehehehe. Jangan juga termakan diskon bu… hehehe (biasanya kalo ada diskon beli satu dapat 2, ibu-ibu bisa segera pindah merek).
Tetapi sekali lagi, bahwa apapun bentuknya, segala sesuatu yang sifatnya alamiah akan jauh lebih sehat untuk kita dan keluarga.
smbr:kompasia
Belum beres soal yang satu itu, eh.. ada seorang teman yang bertanya kepad saya, “Bu, susu formula tuh semakin mahal semakin komplit isinya semakin bagus ya?” saya nyengir saja. Wah.. iklan-iklan ini rupanya memang memberikan impact yang luar biasa ya. Terutama iklan apa saja yang berkaitan dengan bayi, balita, dan anak. Para produsen rupanya jeli benar membidik para orang tua yang ikhlas menggelontorkan berapapun biaya untuk memberikan yang terbaik untuk anak mereka, tak terkecuali urusan susu formula ini.
Bismillah, saya akan coba memberikan gambaran mengenai dunia per-susu-an ini.
Sampai dengan detik ini, berbagai penelitian yang ada dan diakui sebagai penelitian yang valid menyatakan bahwa di dalam ASI terkandung zat nutrisi yang komplit yang belum bisa ditandingi oleh susu formula manapun. Jadi jika ada artikel yang menyebutkan bahwa susu formula memiliki kandungan yang jauh lebih komplit daripada ASI, silahkan diselidiki dulu kebenarannya. Karena pada kenyataannya, di dalam ASI terkandung ratusan zat yang sampai saat ini belum bisa disintesis oleh manusia untuk bisa ditambahkan secara in vivo maupun ex vivo ke dalam kandungan susu formula. Jadi ibu-ibu, untuk tahap awal pertumbuhan bayi anda, ASI jauh lebih luar biasa khasiatnya ketimbang susu formula.
Kehebatan ASI tak cuma soal kandungannya, tetapi juga penyerapannya oleh saluran pencernaan bayi. ASI hampir bisa terserap 100% oleh saluran pencernaan bayi, tidak dengan susu formula. Belum ada zat pembawa atau “carrier” dalam susu formula yang bisa membuat zat-zat yang ada di dalam susu formula dapat diserap sesempurna ASI. Semakin bagus “carrier” yang terkandung di dalam susu formula ini, semakin penyerapannya mendekati ASI, semakin mahal biaya produksinya, sehingga di pasaran harganya pun relatif lebih mahal. Jadi ibu-ibu, barang yang bagus biasanya memang relatif mahal, tetapi yang mahal tidak selalu bagus. Jadi lebih jelilah untuk memilih dan memilah untuk anak anda. Namun sayang sekali saya sendiri tidak bisa menyebutkan satu persatu susu formula mana yang “bagus” dan mana yang tidak. Saru, nanti dibilang iklan, hehehehehe.
Lalu apakah ASI adalah segalanya, tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam 6 bulan pertama umur bayi anda, bisa dibilang ASI adalah segalanya untuk bayi, kecuali untuk ibu-ibu yang bermasalah dengan ASI. Baik dari segi produksi ASI-nya maupun karena masalah yang lain, sakit tertentu yang tidak memungkinkan ibu memberikan ASI dalam jangka waktu tertentu, misalnya. Istilah mudahnya, masih di”halal”kan bagi bayi meminum susu formula di usia dini ini dengan beberapa catatan situasi dan kondisi seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Karena pentingnya ASI pada 6 bulan pertama usia bayi, maka para ibu diharapkan dapat memproduksi ASI dengan kualitas dan kuantitas yang “cukup”. Kualitas ASI, sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu “bukan” setelah melahirkan , tetapi justru “selama masa kehamilan”. Nutrisi ibu selama masa kehamilan sangat berperan dalam proses dan tahapan pembentukan ASI. Oleh karena itu para calon ibu, diharapkan memperhatikan benar nutrisinya selama masa kehamilan, sehingga dapat memproduksi ASI yang berkualitas.
Sedangkan kuantitas ASI sangat dipengaruhi oleh asupan dan kondisi ibu selama masa kehamilan dan maintenance pasca melahirkan, selain itu hisapan bayi pada puting ibu yang merangsang hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan pada produksi ASI, juga sangat mempengaruhi kuantitas produksi ASI. Ini menepis anggapan akan keberadaan makanan tertentu yang dimakan setelah melahirkan dan dipercaya dapat meningkatkan kuantitas produksi ASI. Dengan kata lain, sampai saat ini belum ada penelitian valid dan diakui yang menyebutkan bahwa bahan makanan tertentu yang dikonsumsi setelah melahirkan, dapat meningkatkan produksi ASI. Mudahnya, tidak ada makanan semacam itu.
Setelah usia 6 bulan, maka bayi perlu diberi “pendamping ASI”, kenapa? Bukankah mestinya selama 2 tahun ASI saja yang harus diberikan. Well, memberikan ASI selama 2 tahun tidak salah dan memang dianjurkan, tetapi mesti juga didampingi oleh “makanan” lainnya. Selain karena untuk mengenalkan rasa, tekstur, dan jenis makanan, yang terpenting adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi anda yang pada saat usia 6 bulan keatas sudah tidak lagi hanya bisa dipenuhi oleh ASI. Kenapa ASI tidak bisa memenuhinya? ini terkait dengan kualitas dan kuantitas produksi ASI yang akan terus menurun, dan relatif kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan gizi bayi/balita/anak yang terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Setelah usia 6 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 80 % kebutuhan nutrisi bayi, dengan demikian 20 %nya harus dipenuhi dengan makanan pendamping ASI, dan setelah usia bayi menginjak satu tahun ASI hanya akan memenuhi 50 % saja dari total kebutuhan nutrisi bayi.
Fungsi lain dari pemberian makanan tambahan ini adalah juga untuk mengenalkan rasa, tekstur makanan, dan jenis makanan. Makanya pemberian makanan pendamping ASI ini pun ada tahapannya, dari bubur susu, bubur tim, jus buah, dll. Dan sekali lagi kesabaran dan ketelatenan dalam pengasuhan bayi/balita/anak ini adalah kunci atas pola makannya kedepan, asupan gizi dan nutrisinya. Masa ini juga adalah masa transisi untuk pemberian “educational food” dimana diharapkan setelah bayi berusia satu tahun, dia sudah mulai bisa makan makanan keluarga.
Makanan pendamping ASI ini bisa apa saja, termasuk susu formula. Tetapi, sekali lagi, merujuk pada konsep 4 sehat 5 sempurna, posisi susu formula ini adalah penyempurna, bukan segalanya. Istilahnya dalam dunia digital, susu formula ini adalah “patch program”, dia bertugas menambal kekurangan nutrisi yang belum bisa dipenuhi oleh asupan makanan utama. Jadi sekali lagi, yang ke-5 ini sempurna, hanya jika empat yang lainnya sudah sehat.
Namun sekali lagi, jauh lebih dianjurkan untuk memberikan bahan makanan alamiah saja kepada bayi, karena bagaimanapun makanan non sintetis tentu akan jauh lebih baik dan lebih sehat untuk bayi anda. Terutama dengan konsepsi baru pemberian makanan, yaitu nutrisi berimbang, dimana susu formula tidak lagi menduduki posisi sebagai penyempurna, tetapi memiliki posisi yang sama dengan sumber protein lainnya, sehingga tidak masalah jika susu formula tidak diberikan selama asupan protein alamiah bayi/balita/anak terpenuhi.Jadi, dalam konsep makanan sehat manapun, susu formula tidak pernah menjadi satu-satunya yang “SEMPURNA”.
Jadi, jika ibu sekalian ingin memberikan yang terbaik untuk bayi anda, berikanlah ASI kepadanya. Nutrisinya komplit, tidak basi, tidak mengandung bahan pengawet, resiko alergi hampir tidak ada, dan juga tidak perlu beli.
Sedangkan menyoal pemberian dan pemilihan susu formula, ingatlah bahwa sebagai “patch program” yang perlu lebih diperhatikan adalah pemberian makanan tambahannya. Jika anda tetap bersikeras ingin memberikan susu formula untuk bayi anda, kuncinya adalah jangan termakan iklan. Ada baiknya menjadi ibu perlu membaca banyak mengenai kebutuhan nutrisi pada bayi anda, kemudian sesuaikan dengan kandungan gizi yang tertera pada box atau kaleng susu formula. Yang sesuai dengan kebutuhan bayi anda, itulah yang terbaik untuk bayi anda, dengan catatan dia tidak alergi dengan susu tersebut hehehehe. Jangan juga termakan diskon bu… hehehe (biasanya kalo ada diskon beli satu dapat 2, ibu-ibu bisa segera pindah merek).
Tetapi sekali lagi, bahwa apapun bentuknya, segala sesuatu yang sifatnya alamiah akan jauh lebih sehat untuk kita dan keluarga.
smbr:kompasia
0 komentar:
Posting Komentar