Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

ANAK SULIT buang air besar (BAB)

Written By gara on Minggu, 22 Juli 2012 | 01.45

 


SULIT buang air besar (BAB) merupakan salah satu gejala sembelit yang perlu penanganan segera. Pola BAB yang normal sangat bergantung pada umur, pola makanan, dan kebiasaan anak.

Di usia bayi misal, terutama di minggu-minggu pertama kelahiran, BAB-nya bisa mencapai 4 kali sehari. Sebabnya, bayi belum memiliki beberapa enzim pencernaan yang cukup. Meskipun normal, namun banyak orangtua yang bingung dengan pola BAB ini, dan menyangka bayinya mengalami diare padahal tidak.

Setelah itu, di usia 1 sampai 4, anak memiliki pola BAB 1-2 kali sehari. Meskipun ada juga anak 1-3 tahun yang pola BAB-nya hanya 1 kali dalam 2 hari. Jadi, kalau tidak BAB dalam sehari, masih masuk kategori normal. Anggapan yang mengharuskan BAB minimal sekali sehari adalah keliru. Demikian pula di usia selanjutnya, pola BAB tetap bisa 1-2 kali sehari, bahkan 1 kali dalam 2 hari.

Pola BAB anak bisa saja terganggu bila dia menderita sembelit atau konstipasi. Dalam kasus ini ada 3 gejala penting yang harus diperhatikan, yaitu frekuensi BAB, konsistensi atau bentuk tinja, dan keadaan klinis. Frekuensi bisa berubah dari sehari sekali menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu. Bentuk tinja terkadang sangat besar atau bahkan sangat encer dan keluar sedikit-sedikit (disebut kecepirit atau enkopresis), rektum terisi penuh oleh tinja yang keras, atau teraba massa tinja pada dinding perut. Saat ingin BAB pun biasanya disertai nyeri. Bila ada satu saja gejala ini, maka anak bisa dikatakan mengalami sembelit.

7 Penyebab Sembelit


1. Gangguan Organ
Yang terparah, anak tak memiliki lubang dubur. Namun hal ini biasanya sudah terdeteksi sejak anak dilahirkan sehingga penangananya pun segera dilakukan.

Gangguan lain bisa berupa sumbatan pada usus besar bagian bawah. Misal, anak menderita penyakit hirschsprung atau kelumpuhan sebagian usus besar. Penyakit hirschsprung ditandai dengan tak adanya serabut saraf di bagian tertentu usus besar yang membuat sebagian usus besar tak dapat berkontraksi dengan semestinya.

Bisa juga karena terjadi luka pada dubur sehingga menimbulkan gangguan pada fungsi cincin otot yang bertugas melepaskan kotoran di bagian dubur. Atau mungkin ada kelumpuhan akibat penyakit saraf berat, kanker, maupun kegemukan.

2. Gangguan Fungsional
Sebenarnya semua organ pencernaan berfungsi baik. Namun, karena ada pengaruh dari luar, semisal toilet learning yang terlalu dini, sehingga muncullah trauma atau anak fobia toilet karena toilet seram/bau, lalu memunculkan gangguan fungsional pada organ pencernaannya. Gangguan ini bisa berupa rasa nyeri saat BAB, gangguan peristaltik (gerakan usus) saluran cerna, kelainan tinja, dan gangguan mekanis pada saluran cerna.

3. Riwayat Keluarga dan Pola Sosial Budaya
Riwayat keluarga, meskipun masih terus diteliti keakuratannya, diduga berperan dalam memengaruhi kesulitan BAB pada anak. Jadi, orangtua yang sering mengalami sembelit bisa menurun ke anak. Ditambah lagi bila di lingkungan keluarga terbiasa mengonsumsi makanan kurang serat, sembelit lebih mungkin untuk sering terjadi. Pada masyarakat Sunda, contoh, senang sekali memakan sayuran (lalapan) yang mengandung banyak serat sehingga sembelit lebih jarang ditemui dibandingkan masyarakat Sumatera Barat yang senang mengonsumsi daging.

4. Sering Menahan BAB
Banyak anak sering menahan BAB, entah lantaran sedang keasyikan bermain, trauma karena nyeri saat BAB, takut berada di toilet karena pernah terjatuh, dan lainnya. Kebiasaan menahan BAB mengakibatkan gangguan motilitas dan peningkatan penyerapan air dari tinja di dalam usus sehingga tinja menjadi keras dan akhirnya sulit dikeluarkan. Selain muncul sembelit, bisa saja anak trauma karena sakit saat BAB. Bila tak segera ditangani, anak akan semakin trauma dan semakin menahan BAB-nya.

5. Akibat Obat-obatan
Banyak obat yang dapat mengakibatkan sembelit, bisa obat yang mudah ditemukan di warung seperti obat flu-batuk hingga obat keras untuk mengatasi kelainan yang mengenai sistem saraf dan otot (neuromuskular). Biasanya, bila obat dapat membuat BAB tidak lancar, peringatannya tertera di kemasannya.

6. Makan Tidak Teratur
Supaya organ pencernaan bekerja dengan baik, kita harus makan teratur, 3 kali sehari ditambah selingan. Tentu dengan menu yang menyehatkan. Bila tidak, bisa saja terjadi sembelit. Apalagi jika asupan makanan kurang serat, sembelit sangat mungkin terjadi. Pada anak yang gemar sekali minum susu tanpa diimbangi makanan yang kaya serat, kerap mengalami gangguan BAB. Tinjanya keras dan sulit dikeluarkan.

7. Akibat Penyakit
Beberapa penyakit diduga bisa memunculkan sembelit. Seperti, anak mengalami kekurangan cairan dan kurang berat badan (BB) kronis yang bukan diakibatkan diare, anak kelebihan zat kapur dalam tubuh yang tak diketahui penyebabnya, atau kelainan yang disertai pengeluaran air seni yang terus-menerus dan berlebihan.

Perlu Penanganan Segera
Gejala sembelit pada anak, harus diatasi sedini mungkin dengan menyesuaikan penyebabnya. Pasalnya, sembelit cenderung menetap dan akan menjadi semakin berat bila dibiarkan lebih lama. Tentu kondisi tubuh anak akan terganggu, dan dikhawatirkan berdampak terhadap kesehatan tubuh yang lainnya. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua di rumah untuk mengatasi sembelit pada anaknya:

* Bila anak mengeluh sakit saat BAB karena tinjanya keras, lakukan intervensi diet untuk melunakkan kotorannya. Antara lain dengan memberikan makanan mengandung tinggi karbohidrat yang tak dicerna (glukosa polimer), seperti sereal dan beras. Berikan pula makanan tinggi serat (fiber) seperti buah-buahan (pepaya, jeruk, avokad) dan sayuran hijau. Biji selasih juga boleh diberikan pada si kecil karena banyak mengandung serat. Juga perbanyak asupan cairan, minimal 1,5 liter per hari.

* Kita boleh saja memberikan pencahar, tetapi penggunaannya harus dalam pengawasan dokter. Sebab, perlu disesuaikan antara berat-ringan sembelit dengan jenis, lama, dan dosis yang diberikan. Pemberian secara berlebihan, terutama yang melalui anus, dapat membuat rektum anak terasa sakit saat BAB.

* Bila ingin mengolesi rektum anak dengan minyak kelapa atau baby oil boleh saja. Tapi ingat, banyak anak memiliki kulit sensitif sehingga pemberian minyak bisa menimbulkan iritasi dan membuatnya semakin merasa sakit saat BAB.

* Ketika anak BAB, perhatikan posisinya. Posisi jongkok atau duduk di kloset umumnya memudahkan kotoran keluar karena posisi ini dapat meningkatkan tekanan di rongga perut dan mempermudah pengeluaran kotoran. Perhatikan juga, apakah anak sering menahan BAB atau tidak. Bila ya, segera minta anak untuk tidak melakukannya.

* Mungkin ada anak yang mengalami sembelit karena faktor psikologis, seperti trauma karena rasa sakit saat BAB, takut ke toilet karena seram, maka kita perlu memberi arahan untuk menghilangkan gangguan psikologisnya itu. Namun bila ternyata tak bisa ditangani sendiri, diperlukan bantuan ahli seperti psikolog.

* Meskipun untuk kasus-kasus ringan, kita bisa melihat gejala dan mengatasi sendiri, namun kita juga perlu pemeriksaan klinis dari dokter untuk memastikan apakah sembelit yang dialami anak perlu penanganan lebih serius atau tidak. Pasalnya, ada anak yang sudah mengalami sembelit berat padahal BAB yang keluar cair dan sedikit-sedikit. Lagi pula, sembelit tak bisa dianggap sepele karena sembelit ada yang bersifat akut (keluhan timbul selama 1-4 minggu) dan kronis (keluhannya lebih dari sebulan). Berbeda dengan sembelit akut, sembelit kronis butuh pengobatan cukup lama, hingga berbulan-bulan. Sayangnya, banyak orangtua yang membawa anaknya justru pada kondisi yang sudah parah atau kronis.

* Demikian pula dengan anak yang sembelit karena penyakit, seperti mengalami kekurangan cairan, kurang BB kronis, kelebihan zat kapur, hirschsprung, kita tak bisa menanganinya sendiri tetapi anak harus dibawa ke dokter. Diperlukan diagnosa mendalam dan terapi pengobatan yang sesuai untuk mengatasinya. Hirschsprung misal, perlu tindakan operasi sebagai salah satu cara pengobatan yang terbaik. Bila tidak, dikhawatirkan akan terjadi infeksi usus kronis yang akan menambah parah penyakit yang sudah ada.

Penulis : Irfan Hasuki

0 komentar: